Sujuta Kenangan dan Kerinduan di Yogyakarta - Part 2
Akhirnya gue nulis lagi dan bisa ngelanjutin kisah ini. Setelah kalian membaca ini, Kalian pasti penasaran bagaimana perjalanan gue selanjutnya. hahaha. Bukannya gue kepedean sih, gue cuma nebak aja hehehe. Oke langsung aja kita lanjutkan kisah ini.
Kamis, 7 Januari 2016
Setelah melewatkan malam di hari pertama (Jangan dibaca malam pertama, beda arti) dengan istirahat di Hotel, hari kedua ini gue udah berencana ke Candi Borobudur awalnya. Namun, rencana ini kandas ketika gue ke ruang tamu hotel dan menemui sang pemilik hotel, Bu Yanti. Beliau menjelaskan kalau nanti siang jam jam setengah 2 siang ada Kirab Ageng dan penobatan Pakualaman X. Rencana yang awalnya ke Candi Borobudur akhirnya kita ubah ke salah satu tempat hits Jogja, Kalibiru. Si Doi pun setuju dan sangat antusias dengan rencana baru gue ini. Akhirnya gue nyewa motor di Hotel Kartika ini juga. Dengan harga 75ribu/24jam gue bisa pake motor Scopy yg udah PGM-FI. Setelah gue mandi dan bersiap-siap, gue set GPS di Hp gue. Hal ini gue lakukan karena ini adalah perjalan pertama gue ke Kalibiru. Dari GPS sih bilang kalau jarak ke kalibiru itu ditempuh sekitar satu jam limabelas menit. Dengan acuan GPS, gue bisa estimasikan bahwa gue masih bisa lihat Kirab Ageng Pakualaman X. Karena ini moment langka dan hanya terjadi ketika nanti Pakualaman X digantikan oleh Pakualaman XI, dan itu entah tahun berapa nunggu pakualaman X Wafat dulu pokoknya. hehehe
Jam 7.30 gue siap keluar hotel dan siap berangkat. Nah disini gue dapat temen jalan baru yang sama-sama mau ke Kalibiru dan sama-sama nggak tau jalan. Setelah gue bilang gue cuma berbekal GPS serta insting, mereka ternyata tidak keberatan dan siap menerima segala resikonya hehehe. Oh iya kenalin temen baru gue. Mereka adalah sepasang kekasih yang bernama Bang Kosasi dan Pacarnya (Gue lupa namanya, maaf mbak). Di GPS gue terpampang map seperti ini
Ikutin aja maps ini, ini yang nganterin gue sampai ke Kalibiru PP dengan selamat |
Gue yang awalnya berdua sama doi doang kali ini bertambah pasukannya menjadi empat orang karena ditambah Bang Kosasi dan Pacarnya. Setelah lima belas menit perjalanan, masalah pertama muncul. Hp gue, gue percayakan kepada doi sebagai navigator dan pembaca map. Namun entah karena doi ngantuk atau hilang fokus, disuatu perempatan yang harusnya kita lurus ke arah Wates doi bilang kita belok kiri. Setelah feeling gue bilang ada yang salah, doi gue tanya jalannya bener apa salah. Dan benar saja doi hanya cengengesan sambil bilang "Tadi harusnya lurus tapi ini udah bener lagi kok nanti puter balik di depan". "Kamu memang pintar sayang" kata gue *Sambil pingin jitak kepalanya*. Oke setelah kembali ke jalan yang benar, gue akhirnya sampai juga di daerah Kulon Progo.
Picture by : septiyaning(dot)blogspot(dot)co(dot)id | Kalian bakal ngelewatin tulisan ini |
Perjalanan masih panjang dan Bang Kosasi tetap setia dibelakang gue hehehe. Setelah gue ikutin GPS, kakan dan kiri gue adalah sawah. Disini feeling gue udah sedikit nggak enak tapi gue coba tenang dan jalan terus sambil sesekali tanya ke doi jalannya bener apa enggak. Kalau doi ngomong bener gue jalan terus, untung sinyal gak ilang disini. Nah setelah jalanan itu, Gue masuk di jalan yang lebar banget, serius ini bisa buat 4 truk ukuran medium balapan hehehe. Jalanannya pun sudah aspal dan alus banget. Kanan kiri gue rumah penduduk, tapi jalanannya sepi banget. Hanya ada motor gue dan bang Kosasi yang lewat dan sesekali ada mobil juga sih dari arah berlawanan dengan berbagi macam plat nomer. Oke insting gue emang bener jalannya ini. Setelah dimanjakan dengan jalanan yang mulus banget, tiba-tiba sehabis sebuah belokan jalan langsung berubah drastis menjadi aspal rusak dan berbatu-batu. Seketika feeling salah jalan menguat lagi di otak gue. Namun doi dengan GPS ditangannya bilang emang bener ini jalannya. Gue lanjut jalan pelan-pelan karena kondisi jalan tidak memungkinkan untuk kebut. Akhirnya titik ada titik terang setelah gue nemu penunjuk jalan Kalibiru. Ternyata setelah gue tanya petugas yang jaga di Waduk Sermo, jalanannya emang begitu.
Akhirnya gue sampai juga di kawasan Waduk Sermo jam 08.20. Sebelum memasuki Waduk Sermo kita harus membayar retribusi bebesar 7500 untuk 2 orang dan satu motor. Jujur gue takjub banget sama pemandangan waduk ini, suasananya seperti di dermaga pelabuhan. Ingin rasanya gue berhenti dan berfoto terlebih dahulu, tapi gue gak enak sama Bang Kosasi yang ingin segera ke Kalibirunya.
Pict By : blog(dot)uad(dot)ac(dot)id | Karena gue gak sempat foto disini |
Oke, kita akhirnya lanjut perjalanan ke Kalibiru. Dari Waduk sermo sekitar 15 menit lagi ke Kalibiru. Disini gue kasih saran ke kalian, gunakan motor yang bener-bener fit dan kuat nanjak. Jalannya bener-bener nanjak curam banget guys, selain itu juga pastikan rem motor kalian berfungsi dengan baik. Karena jalan berangkat kita nanjak, maka untuk pulang kita akan turun dan itu sangat curam. Jadi guys, rem kalian sangat diperlukan disini. setelah 15 menit mendaki gunung lewati lembah, akhirnya sampai juga di Kalibiru hehehe. Disini kita bayar parkir 2000/motor dan membayar tiket masuk ke Wisata alam Kalibiru sebesar 5000/orang.
Tepat jam 08.45 gue masuk kawasan wisata alam Kalibiru. Masih sepi banget, warung-warung baru buka semua. Mumpung masih sepi gue nggak mau kehilangan kesempatan buat foto di tempat paling hits Jogja ini. Gue langsung menuju gardu pandang (rumah pohon). Ternyata gue salah, emang di depan sepi banget, tapi antrian di rumah pohon sudah terjadi. Dan gue baru tau ternyata ada 5 gardu pandang, 3 diatas dan 2 lagi agak turun kebawah. Akhirnya gue putuskan untuk ikut antri dan tanya-tanya. Setelah gue tanya-tanya, untuk naik ke rumah pohon kita harus membayar 15ribu/orang/spot. Dan ada jasa fotografer juga kalau kita minta difotoin, tarifnya 5000/foto dan minimal 4 foto dan nanti hasilnya ditransfer via flashdisk/hp. Sempat berunding sama doi, akhirnya kita putuskan ikut antri tapi kita foto sendiri. Akhirnya kita bayar 30ribu untuk dua orang di satu spot foto. Nggak lama bang Kosasi datang dan ikut antri juga. Kita sepakat untuk gantian fotoin pas lagi naik ke atas, hehehe.
Tepat jam 08.45 gue masuk kawasan wisata alam Kalibiru. Masih sepi banget, warung-warung baru buka semua. Mumpung masih sepi gue nggak mau kehilangan kesempatan buat foto di tempat paling hits Jogja ini. Gue langsung menuju gardu pandang (rumah pohon). Ternyata gue salah, emang di depan sepi banget, tapi antrian di rumah pohon sudah terjadi. Dan gue baru tau ternyata ada 5 gardu pandang, 3 diatas dan 2 lagi agak turun kebawah. Akhirnya gue putuskan untuk ikut antri dan tanya-tanya. Setelah gue tanya-tanya, untuk naik ke rumah pohon kita harus membayar 15ribu/orang/spot. Dan ada jasa fotografer juga kalau kita minta difotoin, tarifnya 5000/foto dan minimal 4 foto dan nanti hasilnya ditransfer via flashdisk/hp. Sempat berunding sama doi, akhirnya kita putuskan ikut antri tapi kita foto sendiri. Akhirnya kita bayar 30ribu untuk dua orang di satu spot foto. Nggak lama bang Kosasi datang dan ikut antri juga. Kita sepakat untuk gantian fotoin pas lagi naik ke atas, hehehe.
Narsis di Kalibiru dengan Background Waduk Sermo |
Ini Partner kita ke Kalibiru Bang Kosasi dan ceweknya yang kompak banget. |
Setelah puas berfoto-foto diatas, kita istirahat ke warung di area Kalibiru, kita duduk sambil ngobrol-ngobrol. Disini gue baru tau ternyata Bang Kosasi adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Yang bikin gue salut sama Bang Kosasi, di tengah kesibukannya sebagi pengajar, dia masih menyrmpatkan waktu buat ngelakoni hobby traveling bersama kekasihnya. Masih ada waktu untuk liburan dan quality time bersama pasangan. Gue juga pingin seperti Bang Kosasi. Ndud, kita juga bisa seperti mereka. Tapi nabung dulu ya, hehehehe. Jam 11 kita putuskan buat balik ke Jogja lagi. Seperti rencana awal, gue sama doi pingin lihat Kirab Ageng. Bang kosasi sendiri memutuskan untuk balik dulu ke hotel. Akhirnya kita berpisah di tengah jalan. Bang sorry ya kita nggak sempat tukeran kontak bang, Semoga alam mempertemukan kita lagi di trip-trip berikutnya. Thanks bang atas ilmu dan pelajarannya.
Setelah berpisah dengan Bang Kosasi, gue lanjutin perjalanan buat nonton Kirab Ageng. Tapi di tengah jalan ternyata doi kelaparan dan minta makan dulu. Maklum memang tadi kita nggak sempat sarapan sebelum berangkat. Akhirnya gue langsung ngarahin ke tempat makan yang katanya recomended banget buat dicoba, House of Raminten. Kesan pertama gue saat pertama kali datang kesini adalah Unik dan Jawa Banget. Seluruh pelayan disini menggunakan pakaian adat Jawa semua, Jujur gue sampai kasian sama pelayan yang cewek, apa nggak masuk angin ya hehehe. Gue sempat waiting list sekitar 10 menitan. Memasng sih tempat ini rame banget, tapi nunggu disini pun nggak kerasa kalo nunggu, soalnya nyaman banget tempatnya.
Pict from : id(dot)wikipedeia(dot)org | House of Raminten |
Pict from : id(dot)wikipedeia(dot)org | Ruang Tunggu House of Raminten |
Pict from : id(dot)wikipedeia(dot)org | Menu makanan vaforit House of Raminten |
Oh iya guys, gue nyaranin lo buat nyiapin duit cash aja ya, Gue nggak tau sih bayar disini bisa gesek atau enggak, tapi kalo buat makan berdua aja mending pakai cash aja. Harga makanana dan minumannya masih terjangakau kok guys. Sebagai contoh sih gue kemarin sama doi cuma habis 35ribuan kalau nggak salah inget. hahaha. Dan satu lagi, disini nggak ada tax nya. Tapi pas gue baca-baca di blog lain mengatakan ada beberapa cabang yang udah kena tax. Ya nikmatin aja guys, enak kok makanannya.
Setelah gue makan di House of Raminten, gue lanjut ke keliling Jogja nyari spot yang pas buat nonton Kirab Ageng. Namun sayang, Jogja hari itu kurang bersahabat buat kita. Sudah lama muter-muter nyari spot di cuaca yang sangat panas dan menembus kemaceetan di mana-mana akibat banyak jalan ditutup. Kita akhirnya terdampar lagi di Hotel. Yes di Hotel. Kita memutuskan untuk balik ke hotel saja untuk istirahat. Jujur tenaga kita udah habis gara-gara panas yang menyengat di Jogja siang itu. Sore hari setelah istirahat, kita memutuskan untuk menikmati sunset di kebun buah Mangunan. Tapi ditengah jalan kita balik kanan akibat udah kesorean. Akhirnya kita wisata kuliner di sekitaran jalan Malioboro. Kita sempat beli kue putu, lumpiah, dll. Menikmati petang di jalan Malioboro sambil makan jajanan tradisional dan melihat lalu lalang orang sangat keren guys. Jam 18.30 kita akhirnya jalan lagi menuju Alun-alun kidul karena doi pingin naik becak mobil-mobilan buat keliling Alkid. Namun sekali lagi Jogja belum berpihak. Alun-alun kidul malam itu sepi tak seperti biasanya. Langsung ngelanjutin perjalanan ke Jalan KH. Ahmad Dahlan buat nyari makanan khas Jogja, Oseng-oseng Mercon. Dua kali gue muter-muter di jalan ini, tapi gue gak nemu-nemu dimana itu Oseng Mercon Bu Narti yang melegenda. Setelah puteran ketiga akhirnya gue nemuin juga Oseng Mercon Legenda Bu Narti. Gak pikir panjang gue langsung parkir dan kebetulan masih belum terlalu rame. Langsung pesen satu porsi oseng mercon dan satu ayam goreng buat doi, doi nggak doyan pedes guys.
Oseng Mercon Bu Narti yang melegenda. |
Lagi-lagi harga makanan di Jogja masih sangat terjangkau guys. Untuk satu porsi Oseng mercon sekitar 15-18ribu, gue lupa tepatnya hehehe. Sedangkan untuk ayam gorengnya sekitar 10-12ribu, lagi-lagi gue lupa tepatnya hehehe. Setelah menikmati pedasnya Oseng mercon, kita lanjut mau nyari oleh-oleh dan kaos couple karena doi terinspirasi sama Bang Kosasi dan ceweknya. Tapi sesuatu terjadi. Perut gue nggak bisa diajak kompromi gara-gara Oseng mercon yang gue makan barusan. Efek pedesnya mulai terasa di perut dan terpakasa harus membatalkan jalan-jalan dan balik lagi ke hotel. Di dalam kamar mandi hotel gue bertekad, "Hari ini boleh banyak gagal jalan-jalan, besok harus dituntaskan!".
Dan Malam itu pun kita mengakhiri hari terlalu cepat. Jam 19.30 kita sudah stay di hotel untuk istirahat serta mengisi tenaga. Doi pun ternyata ada jadwal KRS, sehingga keputusan gue buat balik tadi ternyata tepat. hehehe. Doi KRS-an dan gue Bolak-balik ke kamar mandi hehehe. Memang Oseng Mercon Bu Narti yang melegenda, Pedes bikin mules, tapi nagih pingin tambah lagi.
Apa tekad gue besok bisa terlaksana? Hari ini cukup sekian dulu dan disambung untuk hari terakhir di post berikutnya. :)
(... BERSAMBUNG...)
Jogja emang gak pernah bikin bosen, walaupun di kunjungi berkali-kali
ReplyDelete