Catatan Perjalanan Gunung Papandayan 2665 mdpl - Part 2
Setelah sebelumya kalian udah baca Catatan Perjalanan Gunung Papandayan 2665 mdpl - Part 1, Ini adalah lanjutan dari capter tersebut. Mari kita mulai hehehe
Sesampainya di Pondok Saladah, gue dan team memutuskan untuk membangun tenda di dekat sumber air dan toilet. Apa toilet? iya toilet, Papandayan sekarang udah ada toilet. Jadi buat kalian para cewek, tenang kita bisa camping ceria disini hehehe. Tapi inget ya, jangan gunakan toiletnya untuk mandi. Kasian yang antri di belakang kalian, lama nunggunya. Oke, back to the topic. Gue memilih camp disini karena biar deket aja kalo mau ambil air dan nyuci peralatan masak.
Setelah tenda berdiri, Dimas dan Herman salah satu juniornya memasak untuk sarapan yang dirangkap dengan makan siang hehehe. Tugas gue adalah ambil air dan natain dalam tenda biar tidur enak. Nah si Adi istirahat aja karena memang kondisinya masih belom fit katanya. Sedangkan Dwi dan Misbah udah ilang entah kemana, mungkin foto-foto dan beli cilok hehehe.
Jam udah nunjukin pukul 11.30 saat masakan udah mateng. Kita berenam makan dengan menu sayur sop plus tempe dan nugget goreng tidak lupa saos sebagai pelengkapnya. Setelah makan selesai gue suruh aja Misbah dan Dwi yang tadi ngilang buat nyuci nesting yang dibuat masak. Sambil nunggu, gue dan Dimas ngomongin ittenary. Gue ngajakin team buat ke hutan mati jam 1 an nanti terus lanjut ke Tegal Alun. Dimas dan Herman oke-oke aja, tapi si Adi milih stay di tenda karena kecapekan dan takut seseknya kambuh. Sambil menimbang-nimbang segala resikonya, gue ngopi di depan tenda sama Dimas dan Herman. Disaat sedang asik ngopi dan ngobrol tiba-tiba hujan turun sebagai jawaban. Akhirnya kita memutuskan stay dan melanjutkan ke hutan mati esok hari.
Malam hari kita lewatkan dengan masak indomie dan ngopi sambil menikmati dinginnya malam di Gunung Papandayan. Karena tadi siang sampai sore hujan, malam harinya cuaca cerah dan kita bisa menikmati bintang di langit. Sayang kita gak bawa DSLR jadi kita gak bisa ngambil foto bintangnya. Cukup mata yang mengabadikan keindahan ciptaanNya. Jam 20.30 kita udah masuk tenda dan masang sleeping bag. Kita memutuskan untuk tidur lebih awal agar besok bisa dapat sunrise di hutan mati.
12 April 2015
Jam 04.00 Gue udah bangun. Gue setenda sama Dimas dan Herman. Gue langsung bangunin si Dimas dan Herman gue suruh siap-siap buat lanjut ke Hutan Mati. Herman segera ke tenda depan buat bangunin Adi, Dwi dan Misbah. Setelah semua siap gue tanya keadaan si Adi, dia udah sehat dan siap lanjut apa enggak. Ternyata dia udah fit dan siap lanjut jalan lagi. Jam 5 gue dan team mulai jalan ke hutan mati. Menurut hitungan ini sudah termasuk kesiangan untuk ngejar sunrise di hutan mati.
Dalam perjalanan, kita harus melipir melewati semacam kubangan di belakang Pondok Saladah agar bisa menuju ke Hutan Mati. Disini satu kejadian lucu terjadi, Misbah yang jalan di belakang Dimas dan di depan gue kakinya kejebak di lumpur yang dalemnya hampir selutut. Bagaikan flashback, gue dan yang lain hanya ketawa. Gue dulu juga pernah ngalamin hal itu pas pertama kali ke Papandayan di tempat yang sama pula. Untung sandal dia masih bisa diselamatkan, gak kayak sandal gue yang harus pensiun gara2 putus hehehe. Setelah melewati kubangan itu kita harus nyebrang semacam sungai kecil yang airnya sangat dingin. Disini Misbah bersih2 kaki dulu sebelum lanjut jalan.
Setelah hampir 30 menit kita jalan akhirnya kita samoai juga di Hutan Mati. Padahal sebenarnya cuma 15 menit saja dari Pondok Saladah ke Hutan mati, tapi karena insiden tadi jadi ya agak lama. Disini kita langsung narsis-narsis ria. Herman,Misbah,Adi dan Dwi langsung foto-foto di setiap spot bagus Hutan Mati. Sedangkan gue dan Dimas langsung melipir ke ujung yang bisa lihat pemandangan kawah. Kali ini kita gak beruntung karena emang suasana mendung, Jadi sunrisenya gak dapet, tapi awannya keren banget.
Pemandangan Keren dari ujung hutan mati yang keren banget. Disini adalah spot dimana kalian bisa nemuin Sinyal dan bisa update sosial media hehehe. Ini adalah salah satu spot foto paling dicari disini. Jangan sampai kalian melewatkan keindahan CiptaanNya ya. :)
Disini kita sempat bikin kopi dan nyemil sambil ngabarin orang-orang tercinta hehehe. Tak jarang kita juga bercengkrama dengan sesama pendaki yang ada disekitar kita sambil menawarkan kopi dan cemilan. Tak lupa juga kita siapkan beberapa kertas dan spidol buat nulis. Stop vandalisme ya guys, lebih baik kalian bawa kertas dan spidol. Tapi inget, habis foto jangan ditinggal gitu aja kertasnya di atas. Bawa turun lagi, simpen, atau kalau emang mau dibuang, buangnya jadiin satu sama sampah-sampah perbekalan kalian dalam satu trashbag yang nantinya di bawa turun. Inget harus tetep jaga kebersihan ya guys. :)
Malam hari kita lewatkan dengan masak indomie dan ngopi sambil menikmati dinginnya malam di Gunung Papandayan. Karena tadi siang sampai sore hujan, malam harinya cuaca cerah dan kita bisa menikmati bintang di langit. Sayang kita gak bawa DSLR jadi kita gak bisa ngambil foto bintangnya. Cukup mata yang mengabadikan keindahan ciptaanNya. Jam 20.30 kita udah masuk tenda dan masang sleeping bag. Kita memutuskan untuk tidur lebih awal agar besok bisa dapat sunrise di hutan mati.
12 April 2015
Jam 04.00 Gue udah bangun. Gue setenda sama Dimas dan Herman. Gue langsung bangunin si Dimas dan Herman gue suruh siap-siap buat lanjut ke Hutan Mati. Herman segera ke tenda depan buat bangunin Adi, Dwi dan Misbah. Setelah semua siap gue tanya keadaan si Adi, dia udah sehat dan siap lanjut apa enggak. Ternyata dia udah fit dan siap lanjut jalan lagi. Jam 5 gue dan team mulai jalan ke hutan mati. Menurut hitungan ini sudah termasuk kesiangan untuk ngejar sunrise di hutan mati.
Dalam perjalanan, kita harus melipir melewati semacam kubangan di belakang Pondok Saladah agar bisa menuju ke Hutan Mati. Disini satu kejadian lucu terjadi, Misbah yang jalan di belakang Dimas dan di depan gue kakinya kejebak di lumpur yang dalemnya hampir selutut. Bagaikan flashback, gue dan yang lain hanya ketawa. Gue dulu juga pernah ngalamin hal itu pas pertama kali ke Papandayan di tempat yang sama pula. Untung sandal dia masih bisa diselamatkan, gak kayak sandal gue yang harus pensiun gara2 putus hehehe. Setelah melewati kubangan itu kita harus nyebrang semacam sungai kecil yang airnya sangat dingin. Disini Misbah bersih2 kaki dulu sebelum lanjut jalan.
Setelah hampir 30 menit kita jalan akhirnya kita samoai juga di Hutan Mati. Padahal sebenarnya cuma 15 menit saja dari Pondok Saladah ke Hutan mati, tapi karena insiden tadi jadi ya agak lama. Disini kita langsung narsis-narsis ria. Herman,Misbah,Adi dan Dwi langsung foto-foto di setiap spot bagus Hutan Mati. Sedangkan gue dan Dimas langsung melipir ke ujung yang bisa lihat pemandangan kawah. Kali ini kita gak beruntung karena emang suasana mendung, Jadi sunrisenya gak dapet, tapi awannya keren banget.
Pemandangan Keren dari ujung hutan mati yang keren banget. Disini adalah spot dimana kalian bisa nemuin Sinyal dan bisa update sosial media hehehe. Ini adalah salah satu spot foto paling dicari disini. Jangan sampai kalian melewatkan keindahan CiptaanNya ya. :)
Disini kita sempat bikin kopi dan nyemil sambil ngabarin orang-orang tercinta hehehe. Tak jarang kita juga bercengkrama dengan sesama pendaki yang ada disekitar kita sambil menawarkan kopi dan cemilan. Tak lupa juga kita siapkan beberapa kertas dan spidol buat nulis. Stop vandalisme ya guys, lebih baik kalian bawa kertas dan spidol. Tapi inget, habis foto jangan ditinggal gitu aja kertasnya di atas. Bawa turun lagi, simpen, atau kalau emang mau dibuang, buangnya jadiin satu sama sampah-sampah perbekalan kalian dalam satu trashbag yang nantinya di bawa turun. Inget harus tetep jaga kebersihan ya guys. :)
Narsis mumpung keren |
Dimas Narsis minjem bendera Abang-abang dari Jakarta |
Masih Narsis pake bendera pinjeman |
Tetep narsis tanpa henti :) |
Full Team Dari atas kanan : Herman, Misbah, Adi, Dwi ; Bawah : Gue, Dimas |
Cepet datang kesini ya ndud, kita nanjak mesra ;) |
Setelah sekitar satu jam lebih kita di Hutan Mati, kita lanjut perjalanan ke Tegal Alun. Dari Hutan Mati kita start jalan jam setengah 8an. Trek yang dilewati nanjak terjal banget hampir tidak ada bonus sama sekali dan terus nanjak. Sampai di salah satu tanjakan yang paling terjal dan licin sampai disediakan tali webbing untuk pegangan agar tidak terpeleset karena sebelah kanan kita udah jurang yang dalem banget. Sekitar jam 9an lebih kita akhirnya touchdown Tegal Alun. Berati perjalanan kita memakan waktu sejam lebih. Idelanya sih memang sekitar satu jam waktu tempuh yang diperlukan. Sesampainya di Tegal Alun seperti biasa kita langsung foto-foto dan narsis.
View Tegal Alun Dengan hamparan pohon edelweis |
Hamparan pohon edelweis yang berbunga |
Bunga Edelweis yang sudah mulai mekar |
Nyetok foto buat ucapin Happy Aniv sebulan kemudian :) |
Stock Foto untuk aniv hehehe |
Setelah nyemil dan bikin kopi (lagi) karena jujur kita laper banget waktu itu hehehe. Jam 10.15 kita putuskan untuk turun dan kembali ke Pondok Saladah. Perjalanan turun lebih cepat daripada naiknya, cuma 45 menit kita udah sampai di Pondok saladah lagi. Sesampainya di tenda kita langsung bagi tugas. Herman dan Dwi masak, Dimas dan Misbah ngambil air, Gue dan Adi Packing dan bongkar tenda. Jam 12 siang kita akhirnya selesai makan, Dimas dan Misbah segera mencuci bekas masak tadi, sedangkan gue dan yang lain bersihin sampah sekitar tenda gue dan beberapa tempat yang bisa dijangkau.
Tepat jam setengah satu, semuanya sudah beres dan siap untuk turun ke Camp David. Sebelum berangkat turun kita kembali berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Perjalanan turun kita jalan santai dan nggak buru-buru karena memang waktunya juga masih siang dan cerah. Sampai di Camp David sekitar pukul setengah tiga. Kita ngasoh dulu di Camp David sambil manasin mesin motor yang kedinginan sejak semalam. Jam setengah empat kita mulai jalan menyusuri jalanan Desa Cisurupan menuju kota garut. Sempat berhenti sebentar di Pom Bensin untuk ngisi bensin dan membuang sampah di perut hehehe. Setelah itu kita langsung gaspol menuju Bandung. Perjalanan cukup lancar dan sedikit macet di beberapa titik. Sampai Bandung kita jam setengah tujuh malam. Setelah ngedrop si Dimas dikosannya, gue langung balik ke kosan terus mandi dan tidur hehehe.
Ada banyak pelajaran yang gue dapat dari pelajaran ini. Kembali lagi alam memberikan gue banyak sekali ilmu yang gak gue dapat di kampus ataupun dirumah. Sebagai manusia yang kecil, tidak ada hentinya gue ngucapin syukur atas nikmat yang diberikan Sang Pencipta. Ketenangan dan kedamaian hati serta keihklasan dalam menerima setiap cobaan dan masalah. Thanks God for lesson from the universe. :)
Itulah guys chapter gue ke Papandayan. Sorry kalo berantakan. Harap dimaklumi gue baru belajar nulis hehehe. Pesen gue sama, tetep jaga kebersihan kemanapun kalian singgah. Budayakan Go green lifestyle ya. Jaga selalu kelestarian lingkungan sekitar kita. Ingat kita tunduk saat mendaki dan tegak ketika turun. :) Salam
0 komentar:
Post a Comment